Setelah
ayahandanya mengundurkan diri dalam tahun 1892 maka sebagai putera
tertua yang telah lama aktif membantu ayahandanya mengendalikan
pemerintahan, beliau lalu dilantik menjadi Regent/Karaeng Turikale,
meski pada awalnya yang dipersiapkan untuk menjadi Regent/Karaeng
adalah adiknya Andi Page Daeng Paranreng, namun enggan karena
ternyata lebih mendalami persoalan keagamaan dan merestui
pengangkatan kakaknya menduduki tahta Turikale.
Sebagaimana
watak dan prilaku ayahandanya, Beliau inipun seorang yang amat
mendalami Tarekat Khalwatiah Samman sehingga penampilan, tutur kata
dan sikap laku Beliau amat teladan dan kharismatik. Beliau menerima
idzin dan padlilah sebagai seorang Chalifa dalam Tarekat tersebut
dari ayahandanya atas restu Syech Besar di Leppakkomai dan mempunyai
nama Islam : Syech
Muhammad Salahuddin ibni Syech Al-Haj Abdul Qadir Jaelani.
Ketika
beliau naik tahta, turut mendampinginya sebagai Sullewatang
(Acting
Regent) ialah Andi Patahuddin Daeng Parumpa, hal ini karena beliau
faham betul bahwa Andi Patahauddin Daeng Parumpa juga berhak atas
tahta Turikale sebab beliau adalah putera mendiang La Oemma Daeng
Manrapi Karaeng Turikale III. Selanjutnya kepada Andi Patahuddin
Daeng Parumpa diserahkan kembali Wilayah Simbang yang seluas 24
kampung untuk dikuasainya. Andi Palaguna Daeng Marowa memperistrikan
pertamakali Andi Djamintang Daeng Jimene, puteri Karaeng Ngemba
Karaengta Kera-kera, dari istri ini lahir
1.
Andi Abdul Hamid Daeng Manessa (Karaeng Turikale VI)
2. Andi Marzuki Daeng
Marewa
3. Andi Zainuddin Daeng
Mangatta (Karaeng Imam Turikale)
4. Andi Juhaefa Daeng
Tasabbe (Istri Andi Abdul Rahman Daeng Mamangung, Controlleur
Maros/Putera Andi Patahuddin Daeng Parumpa Karaeng Simbang /
Sullewatang Turikale)
5. Andi Radeng Ramlah
Daeng Nipuji (istri Andi Djipang Daeng Mambani Karaeng Bonto)
Selanjutnya
diperistrikannya lagi St. Malang Daeng Sibollo yang melahirkan :
1.
Andi Baso Daeng Magassing
2.
Andi Halimah Daeng Ke’nang
3.
Andi Mapparessa Daeng Sitaba (Karaeng Turikale VII)
terakhir
Andi Palaguna Daeng Marowa memperistrikan St. Sakone Daeng So’na
dan melahirkan :
1.
Andi Aisyah Daeng Kebo
2.
Andi Fatimah Daeng Galo
3.
Andi Hatifa Daeng De’nang
4.
Andi Yahya Daeng Nyonri
5.
Andi Sohrah Daeng Senga
Pada
tahun 1917, Beliau mulai kurang aktif mengendalikan pemerintahan.
Tugas pemerintahan lebih banyak dijalankan oleh putera sulungnya Andi
Abdul Hamid Daeng Manessa. Kegiatan beliau lebih banyak pada
pelaksanaan Tarekat Khalwatiah Samman dan upaya membuka sawah dan
ladang di daerah Mangento Tanralili dan sekitarnya yang selanjutnya
dibagikan kepada para pengikutnya. Oleh karena itu selanjutnya beliau
disebut dengan gelar
Karaeng Mangento.
Pada
saat pemerintahan beliau yang menjadi Kadhi ialah Sayyid Abdul Wahid
Daeng Mangngago (1889 - 1918) dan Sayyid Abdul Hamid Daeng Pasampa
(1918 - 1923) sedangkan yang menjabat Imam adalah Haji Andi Muhammad
Saleh Daeng Manappa. Dalam masa pemerintahannya pula, beliau bersama
dengan seluruh Karaeng dan Imam yang ada dalam Wilayah Maros sepakat
untuk mengangkat Haji Abdul Kadir Daeng Mangngawing Imam Marusu
menjadi Kadhi Maros menyebabkan berpindahnya pusat kedudukan Kadhi
dari Labuan (Turikale) ke Kassikebo (Marusu). Beliau pula yang
memerintahkan agar Arajang/Kalompoang (Regelia) Turikale yang disebut
“Rakkala Manurunge” dialihkan tempat persemayamannya ke
Tala’mangape, sebab beliau khawatir sikap kultus kebendaaan
terhadap arajang/kalompoang dapat membuat masyarakat Turikale merusak
aqidahnya.
Pada
Tahun 1925 secara resmi Beliau mundur dari jabatannya dan digantikan
puteranya. Tanggal 15 Februari 1939, beliau berpulang kerahmatullah
dan dimakamkan di belakang Masjid Urwatul Wutzqa tepat di sisi kanan
makam ayahandanya.
Beliau
mulai ikut mengendalikan pemerintahan di Turikale sejak Tahun 1917
ketika ayahandanya pergi menetap ke Mangento membuka sawah dan
ladang, namun pengangkatannya sebagai Karaeng Turikale secara resmi
adalah tahun 1924. Dalam masa pemerintahannyalah bentuk pemerintahan
Kerajaan lokal di Wilayah Maros termasuk Turikale berubah dari status
sebagai Regentschaap menjadi Distrik Adat Gemenschaap yang dikepalai
oleh seorang Kepala Distrik dengan gelar Karaeng, dengan demikian
para penguasa Kerajaan lokal telah ditetapkan sebagai Pegawai
Negeri/Ambtenar oleh pemerintah kolonial Belanda dan diberi
gaji/tunjangan sesuai jabatannya.
Beliau
dikenal sebagai seorang Karaeng yang berwatak keras dan tegas, sikap
perjuangan yang ditunjukkannya adalah anti kolonialisme sehingga
secara transparan tidak mau menerima ajakan kerjasama fihak Belanda.
Bahkan secara aktif menyokong jalannya perjuangan rakyat menentang
kekuasaan Belanda. Tak jarang beliau sendiri yang memimpin
rapat-rapat dengan pimpinan perjuangan rakyat baik bertempat di
rumahnya maupun di kantornya.
Andi
Abdul Hamid Daeng Manessa hanya sekali beristri yaitu dengan Andi
Nyameng Daeng Manurung dan dari perkawinannya ini dianugerahi
keturunan sebagai berikut :
1.
Andi Hadia Daeng Niasi (istri dari Andi Tambi Karaeng Bungoro)
2.
Andi Nurdin Sanrima (Brigadir Jenderal Polisi)
3.
Andi Djohar Daeng Sompa
4.
Andi Sima Daeng Jime
5.
Andi Djamil Daeng Pabundu
Dalam
masa pemerintahannya kedudukan Kadhi tidak lagi di Labuan Turikale
tetapi di Kassikebo Marusu dan yang menjabatnya ialah Haji Abdul
Kadir Daeng Mangngawing. Sedangkan yang menjabat sebagai Imam
Turikale dalam masa ini ialah Haji Andi Page Daeng Parenreng (Petta
Hajji) yang menjabat pada tahun 1928 - 1930 kemudian dilanjutkan oleh
Haji Andi Abdul Latief Daeng Matekko (1930 - 1938) dan Haji Andi
Zainuddin Daeng Mangatta (1938 - 1943).
Setelah
kesehatan beliau sudah mulai uzur sehingga tidak memungkinkan lagi
untuk mengendalikan pemerintahan, lalu mengundurkan diri dan
digantikan oleh adiknya dari lain ibu Haji Andi Mapparessa Daeng
Sitaba.
Setelah
Andi Abdul Hamid Daeng Manessa mengundurkan diri, maka diangkatlah
Andi Mapparessa Daeng Sitaba sebagai Karaeng/Kepala Distrik Turikale
yang baru, yang sebelumnya adalah seorang perwira polisi.
Andi
Mapparessa Daeng Sitaba adalah seorang yang berpenampilan menarik.
Kemampuan dan penampilannya yang simpatik menyebabkan beliau
senantiasa dipercayakan oleh rekan-rekannya para Kepala Distrik
(Karaeng) untuk tampil di bagian terdepan. Beliau adalah Ketua
Panitia
Persiapan Pembentukan Kabupaten Maros
dan bersama Haji Andi Sirajuddin Daeng Maggading Karaeng Simbang
menjadi utusan resmi rakyat Maros menghadap Andi Pangerang Petta Rani
Gubernur Sulawesi ketika itu untuk memperjuangkan pembentukan
Kabupaten Maros terpisah dari Daerah Swatantra Makassar.
Pada
medio tahun 1959, beliau berhenti dari jabatannya sebagai Kepala
Distrik/Karaeng Turikale. Beliau memperistrikan pertama kali Andi
Djohra Daeng Nganne yang bergelar Karaeng Baineya yang melahirkan
puteri tunggal :
-
Andi Nuraeni Daeng Baji (istri Kolonel Polisi A. Djabbar Dg Matutu).
Selanjutnya
beliau memperistrikan lagi St. Djohani Daeng Ngugi dan melahirkan
keturunan:
1.
Andi Syahril Sanrima
2.
Andi Budialan Daeng Te’ne
3.
Andi Ahmad Latief , Drs (Letnan Kolonel Polisi)
4.
Andi Ratna
Pada
saat berhentinya Andi Mapparessa Daeng Sitaba sebagai Karaeng/Kepala
Distrik, maka oleh Dewan Hadat Turikale mempersiapkan beberapa orang
calon pengganti, namun ternyata pada Sidang Dewan Hadat, yang
memperoleh suara terbanyak adalah Andi Kamaruddin Syahban Daeng
Mambani.
Beliau
tidak berdarah Turikale secara langsung, tetapi beliau adalah
seorang bangsawan Marusu yang bertalian darah erat dengan Rumpun
Turikale. Ayahandanya bernama Andi Syahban Daeng Massikki, putera
dari Andi Mannaungi Daeng Mananting Karaeng Imam Marusu (putera dari
La Pagala Daeng Pabuang Sullewatang Marusu , putera dari La Tifu
Daeng Mattana Karaeng Marusu, putera dari La Mamma Daeng Marewa
Karaeng Marusu Matinroa ri Samangki). Ibundanya bernama Andi Lawiyah
Petta Kanang puteri dari Andi Paccanring Daeng Siala, putera dari La
Paduppai Daeng Palawa Petta Sullewatang Timboro Matinroa ri
Bontobiraeng (putera dari La Barania Daeng Palallo Petta Sullewatang
Timboro Matinroe ri Marusu). Ibu dari Ibundanya bernama Andi MaEsuri
Daeng Masennang, puteri dari Andi Surullah Daeng Palopo Karaeng
Marusu Matinroa ri Kassikebo kakak dari Andi Mumba Petta Baji (istri
Andi Sanrima Daeng Parukka Karaeng Turikale IV), yaitu putera dari
Andi Manyandari Daeng Paranreng Karaeng Marusu Matinroe ri Campagae.
Dari uraian itulah sehingga tergambar bahwa beliau ini bertalian
darah sangat erat dengan para elit bangsawan Turikale.
Pada
masa revolusi Kemerdekaan, beliau adalah seorang pucuk pimpinan Badan
Perjuangan di Maros, bahkan merupakan unsur pimpinan pada Organisasi
Perjuangan PPNI (Pusat Perjuangan Nasional Indonesia) . Sebagai
Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau dianugerahi
beberapa Bintang Jasa Pahlawan seperti antara lain Bintang Gerilya,
Bintang Sakti, Bintang Perang Kemerdekaan, Bintang Gerakan Operasi
Militer I,II,III,IV dan V, dll.
Beliau
memperistrikan kerabat keluarganya dari Marusu bernama Andi
Djauhariah Daeng Taugi cucu dari Andi Yahya Daeng Ma’lira Karaeng
Imam Marusu dan dianugerahi keturunan :
1.
Andi Rahmayati Daeng Kenna
2.
Andi Amiruddin Daeng Palawa
3.
Andi Tenrijajah Daeng Sompa
4.
Andi Anwar Daeng Lira
5.
Andi Marwah Daeng Tjarammeng
6.
Andi Arifin Daeng Massikki
7.
Andi Husnah
8.
Andi Mujnah Daeng Gallo
9.
Andi Baso Aqsa Daeng Mananting
Pada
tanggal 1 Juni 1963, UU No. 29/1959 mulai diberlakukan, yaitu
penghapusan Pemerintahan Adat (Distrik) bentukan lama dalam wadah
Kabupaten Daerah Tk.II Maros, sehingga secara otomatis seluruh
Karaeng/Kepala Distrik melepaskan jabatannya. Setelah kejadian
tersebut beliau lalu beralih tugas sebagai seorang Pamong Praja
dengan tempat tugas Kantor Gubernur KDH Tk.I Sulsel hingga pensiun
pada tahun 1980.
Salam kenal bung, terima kasih sudah memposting sejarah singkat pemerintah turikale. Perkenalkan saya Andhika Mapparessa, putra dari Andi Ahmad Aflus Mapparessa (di tempat anda ditulis Latief yg merupakan nama kecil ayah), dari garis Andi Mapparessa Daeng Sitaba. Mungkin saudara bisa memberikan nara sumber asli kepada saya, untuk bisa saya simpan sebagai data silsilah keluarga? Karena banyak tetua di keluarga yg sudah tiada, sehingga data silsilah ini sudah banyak yg hilang
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletePlay Online Slots for Real Money - Poormans Guidetocasinogambling
ReplyDeleteThis is a list e 스포츠 토토 of 강원 랜드 썰 all online 바카라 사이트 쿠폰 casinos that offer casino 999betasia games. You can play for real money on 무료 룰렛 게임 your own if you're willing to gamble.