Tuesday, February 7, 2012

Sejarah Singkat Pemerintahan TURIKALE - Bagian 2

V. ANDI PALAGUNA DAENG MAROWA (1892 - 1924)


Setelah ayahandanya mengundurkan diri dalam tahun 1892 maka sebagai putera tertua yang telah lama aktif membantu ayahandanya mengendalikan pemerintahan, beliau lalu dilantik menjadi Regent/Karaeng Turikale, meski pada awalnya yang dipersiapkan untuk menjadi Regent/Karaeng adalah adiknya Andi Page Daeng Paranreng, namun enggan karena ternyata lebih mendalami persoalan keagamaan dan merestui pengangkatan kakaknya menduduki tahta Turikale.

Sebagaimana watak dan prilaku ayahandanya, Beliau inipun seorang yang amat mendalami Tarekat Khalwatiah Samman sehingga penampilan, tutur kata dan sikap laku Beliau amat teladan dan kharismatik. Beliau menerima idzin dan padlilah sebagai seorang Chalifa dalam Tarekat tersebut dari ayahandanya atas restu Syech Besar di Leppakkomai dan mempunyai nama Islam : Syech Muhammad Salahuddin ibni Syech Al-Haj Abdul Qadir Jaelani.

Ketika beliau naik tahta, turut mendampinginya sebagai Sullewatang (Acting Regent) ialah Andi Patahuddin Daeng Parumpa, hal ini karena beliau faham betul bahwa Andi Patahauddin Daeng Parumpa juga berhak atas tahta Turikale sebab beliau adalah putera mendiang La Oemma Daeng Manrapi Karaeng Turikale III. Selanjutnya kepada Andi Patahuddin Daeng Parumpa diserahkan kembali Wilayah Simbang yang seluas 24 kampung untuk dikuasainya. Andi Palaguna Daeng Marowa memperistrikan pertamakali Andi Djamintang Daeng Jimene, puteri Karaeng Ngemba Karaengta Kera-kera, dari istri ini lahir

1. Andi Abdul Hamid Daeng Manessa (Karaeng Turikale VI)
2. Andi Marzuki Daeng Marewa
3. Andi Zainuddin Daeng Mangatta (Karaeng Imam Turikale)
4. Andi Juhaefa Daeng Tasabbe (Istri Andi Abdul Rahman Daeng Mamangung, Controlleur Maros/Putera Andi Patahuddin Daeng Parumpa Karaeng Simbang / Sullewatang Turikale)
5. Andi Radeng Ramlah Daeng Nipuji (istri Andi Djipang Daeng Mambani Karaeng Bonto)

Selanjutnya diperistrikannya lagi St. Malang Daeng Sibollo yang melahirkan :

1. Andi Baso Daeng Magassing
2. Andi Halimah Daeng Ke’nang
3. Andi Mapparessa Daeng Sitaba (Karaeng Turikale VII)

terakhir Andi Palaguna Daeng Marowa memperistrikan St. Sakone Daeng So’na dan melahirkan :

1. Andi Aisyah Daeng Kebo
2. Andi Fatimah Daeng Galo
3. Andi Hatifa Daeng De’nang
4. Andi Yahya Daeng Nyonri
5. Andi Sohrah Daeng Senga

Pada tahun 1917, Beliau mulai kurang aktif mengendalikan pemerintahan. Tugas pemerintahan lebih banyak dijalankan oleh putera sulungnya Andi Abdul Hamid Daeng Manessa. Kegiatan beliau lebih banyak pada pelaksanaan Tarekat Khalwatiah Samman dan upaya membuka sawah dan ladang di daerah Mangento Tanralili dan sekitarnya yang selanjutnya dibagikan kepada para pengikutnya. Oleh karena itu selanjutnya beliau disebut dengan gelar Karaeng Mangento.

Pada saat pemerintahan beliau yang menjadi Kadhi ialah Sayyid Abdul Wahid Daeng Mangngago (1889 - 1918) dan Sayyid Abdul Hamid Daeng Pasampa (1918 - 1923) sedangkan yang menjabat Imam adalah Haji Andi Muhammad Saleh Daeng Manappa. Dalam masa pemerintahannya pula, beliau bersama dengan seluruh Karaeng dan Imam yang ada dalam Wilayah Maros sepakat untuk mengangkat Haji Abdul Kadir Daeng Mangngawing Imam Marusu menjadi Kadhi Maros menyebabkan berpindahnya pusat kedudukan Kadhi dari Labuan (Turikale) ke Kassikebo (Marusu). Beliau pula yang memerintahkan agar Arajang/Kalompoang (Regelia) Turikale yang disebut “Rakkala Manurunge” dialihkan tempat persemayamannya ke Tala’mangape, sebab beliau khawatir sikap kultus kebendaaan terhadap arajang/kalompoang dapat membuat masyarakat Turikale merusak aqidahnya.

Pada Tahun 1925 secara resmi Beliau mundur dari jabatannya dan digantikan puteranya. Tanggal 15 Februari 1939, beliau berpulang kerahmatullah dan dimakamkan di belakang Masjid Urwatul Wutzqa tepat di sisi kanan makam ayahandanya.


VI. ANDI ABDUL HAMID DAENG MANESSA (1925 - 1946)

Beliau mulai ikut mengendalikan pemerintahan di Turikale sejak Tahun 1917 ketika ayahandanya pergi menetap ke Mangento membuka sawah dan ladang, namun pengangkatannya sebagai Karaeng Turikale secara resmi adalah tahun 1924. Dalam masa pemerintahannyalah bentuk pemerintahan Kerajaan lokal di Wilayah Maros termasuk Turikale berubah dari status sebagai Regentschaap menjadi Distrik Adat Gemenschaap yang dikepalai oleh seorang Kepala Distrik dengan gelar Karaeng, dengan demikian para penguasa Kerajaan lokal telah ditetapkan sebagai Pegawai Negeri/Ambtenar oleh pemerintah kolonial Belanda dan diberi gaji/tunjangan sesuai jabatannya.

Beliau dikenal sebagai seorang Karaeng yang berwatak keras dan tegas, sikap perjuangan yang ditunjukkannya adalah anti kolonialisme sehingga secara transparan tidak mau menerima ajakan kerjasama fihak Belanda. Bahkan secara aktif menyokong jalannya perjuangan rakyat menentang kekuasaan Belanda. Tak jarang beliau sendiri yang memimpin rapat-rapat dengan pimpinan perjuangan rakyat baik bertempat di rumahnya maupun di kantornya.

Andi Abdul Hamid Daeng Manessa hanya sekali beristri yaitu dengan Andi Nyameng Daeng Manurung dan dari perkawinannya ini dianugerahi keturunan sebagai berikut :

1. Andi Hadia Daeng Niasi (istri dari Andi Tambi Karaeng Bungoro)
2. Andi Nurdin Sanrima (Brigadir Jenderal Polisi)
3. Andi Djohar Daeng Sompa
4. Andi Sima Daeng Jime
5. Andi Djamil Daeng Pabundu

Dalam masa pemerintahannya kedudukan Kadhi tidak lagi di Labuan Turikale tetapi di Kassikebo Marusu dan yang menjabatnya ialah Haji Abdul Kadir Daeng Mangngawing. Sedangkan yang menjabat sebagai Imam Turikale dalam masa ini ialah Haji Andi Page Daeng Parenreng (Petta Hajji) yang menjabat pada tahun 1928 - 1930 kemudian dilanjutkan oleh Haji Andi Abdul Latief Daeng Matekko (1930 - 1938) dan Haji Andi Zainuddin Daeng Mangatta (1938 - 1943).

Setelah kesehatan beliau sudah mulai uzur sehingga tidak memungkinkan lagi untuk mengendalikan pemerintahan, lalu mengundurkan diri dan digantikan oleh adiknya dari lain ibu Haji Andi Mapparessa Daeng Sitaba.


VII. HAJI ANDI MAPPARESSA DAENG SITABA (1946 - 1959)

Setelah Andi Abdul Hamid Daeng Manessa mengundurkan diri, maka diangkatlah Andi Mapparessa Daeng Sitaba sebagai Karaeng/Kepala Distrik Turikale yang baru, yang sebelumnya adalah seorang perwira polisi.

Andi Mapparessa Daeng Sitaba adalah seorang yang berpenampilan menarik. Kemampuan dan penampilannya yang simpatik menyebabkan beliau senantiasa dipercayakan oleh rekan-rekannya para Kepala Distrik (Karaeng) untuk tampil di bagian terdepan. Beliau adalah Ketua Panitia Persiapan Pembentukan Kabupaten Maros dan bersama Haji Andi Sirajuddin Daeng Maggading Karaeng Simbang menjadi utusan resmi rakyat Maros menghadap Andi Pangerang Petta Rani Gubernur Sulawesi ketika itu untuk memperjuangkan pembentukan Kabupaten Maros terpisah dari Daerah Swatantra Makassar.

Pada medio tahun 1959, beliau berhenti dari jabatannya sebagai Kepala Distrik/Karaeng Turikale. Beliau memperistrikan pertama kali Andi Djohra Daeng Nganne yang bergelar Karaeng Baineya yang melahirkan puteri tunggal :

- Andi Nuraeni Daeng Baji (istri Kolonel Polisi A. Djabbar Dg Matutu).

Selanjutnya beliau memperistrikan lagi St. Djohani Daeng Ngugi dan melahirkan keturunan:
1. Andi Syahril Sanrima
2. Andi Budialan Daeng Te’ne
3. Andi Ahmad Latief , Drs (Letnan Kolonel Polisi)
4. Andi Ratna


VIII. ANDI KAMARUDDIN SYAHBAN DG. MAMBANI (1959 - 1963)

Pada saat berhentinya Andi Mapparessa Daeng Sitaba sebagai Karaeng/Kepala Distrik, maka oleh Dewan Hadat Turikale mempersiapkan beberapa orang calon pengganti, namun ternyata pada Sidang Dewan Hadat, yang memperoleh suara terbanyak adalah Andi Kamaruddin Syahban Daeng Mambani.

Beliau tidak berdarah Turikale secara langsung, tetapi beliau adalah seorang bangsawan Marusu yang bertalian darah erat dengan Rumpun Turikale. Ayahandanya bernama Andi Syahban Daeng Massikki, putera dari Andi Mannaungi Daeng Mananting Karaeng Imam Marusu (putera dari La Pagala Daeng Pabuang Sullewatang Marusu , putera dari La Tifu Daeng Mattana Karaeng Marusu, putera dari La Mamma Daeng Marewa Karaeng Marusu Matinroa ri Samangki). Ibundanya bernama Andi Lawiyah Petta Kanang puteri dari Andi Paccanring Daeng Siala, putera dari La Paduppai Daeng Palawa Petta Sullewatang Timboro Matinroa ri Bontobiraeng (putera dari La Barania Daeng Palallo Petta Sullewatang Timboro Matinroe ri Marusu). Ibu dari Ibundanya bernama Andi MaEsuri Daeng Masennang, puteri dari Andi Surullah Daeng Palopo Karaeng Marusu Matinroa ri Kassikebo kakak dari Andi Mumba Petta Baji (istri Andi Sanrima Daeng Parukka Karaeng Turikale IV), yaitu putera dari Andi Manyandari Daeng Paranreng Karaeng Marusu Matinroe ri Campagae. Dari uraian itulah sehingga tergambar bahwa beliau ini bertalian darah sangat erat dengan para elit bangsawan Turikale.

Pada masa revolusi Kemerdekaan, beliau adalah seorang pucuk pimpinan Badan Perjuangan di Maros, bahkan merupakan unsur pimpinan pada Organisasi Perjuangan PPNI (Pusat Perjuangan Nasional Indonesia) . Sebagai Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau dianugerahi beberapa Bintang Jasa Pahlawan seperti antara lain Bintang Gerilya, Bintang Sakti, Bintang Perang Kemerdekaan, Bintang Gerakan Operasi Militer I,II,III,IV dan V, dll.

Beliau memperistrikan kerabat keluarganya dari Marusu bernama Andi Djauhariah Daeng Taugi cucu dari Andi Yahya Daeng Ma’lira Karaeng Imam Marusu dan dianugerahi keturunan :

1. Andi Rahmayati Daeng Kenna
2. Andi Amiruddin Daeng Palawa
3. Andi Tenrijajah Daeng Sompa
4. Andi Anwar Daeng Lira
5. Andi Marwah Daeng Tjarammeng
6. Andi Arifin Daeng Massikki
7. Andi Husnah
8. Andi Mujnah Daeng Gallo
9. Andi Baso Aqsa Daeng Mananting

Pada tanggal 1 Juni 1963, UU No. 29/1959 mulai diberlakukan, yaitu penghapusan Pemerintahan Adat (Distrik) bentukan lama dalam wadah Kabupaten Daerah Tk.II Maros, sehingga secara otomatis seluruh Karaeng/Kepala Distrik melepaskan jabatannya. Setelah kejadian tersebut beliau lalu beralih tugas sebagai seorang Pamong Praja dengan tempat tugas Kantor Gubernur KDH Tk.I Sulsel hingga pensiun pada tahun 1980.

3 comments:

  1. Salam kenal bung, terima kasih sudah memposting sejarah singkat pemerintah turikale. Perkenalkan saya Andhika Mapparessa, putra dari Andi Ahmad Aflus Mapparessa (di tempat anda ditulis Latief yg merupakan nama kecil ayah), dari garis Andi Mapparessa Daeng Sitaba. Mungkin saudara bisa memberikan nara sumber asli kepada saya, untuk bisa saya simpan sebagai data silsilah keluarga? Karena banyak tetua di keluarga yg sudah tiada, sehingga data silsilah ini sudah banyak yg hilang

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Play Online Slots for Real Money - Poormans Guidetocasinogambling
    This is a list e 스포츠 토토 of 강원 랜드 썰 all online 바카라 사이트 쿠폰 casinos that offer casino 999betasia games. You can play for real money on 무료 룰렛 게임 your own if you're willing to gamble.

    ReplyDelete